Puisi Terbaru Karya Sanggar Seni Kobong
"Tanpa"
Untuk malam yang dingin
Masih diputarkan lagu rindu biru dadu
Bersama sendu.
Hati merindu.
Ku sapa dingin nya malam
Ia utarakan karna tanpa pelukan.
Sabtu malam,
Kini tanpa lilin cinta,
Tanpa berkeliling kota dengan pelukan hangat,
Tanpa lampu kota,
Tanpa genggam erat tangan,
Tanpa kecup kening yang mesra,
Tanpa desah nafas dari bibir mu.
Dan jika hujan turun,
Tanpa berbagi payung berdua.
31 July 2015
Karya : Sofa A
Untuk malam yang dingin
Masih diputarkan lagu rindu biru dadu
Bersama sendu.
Hati merindu.
Ku sapa dingin nya malam
Ia utarakan karna tanpa pelukan.
Sabtu malam,
Kini tanpa lilin cinta,
Tanpa berkeliling kota dengan pelukan hangat,
Tanpa lampu kota,
Tanpa genggam erat tangan,
Tanpa kecup kening yang mesra,
Tanpa desah nafas dari bibir mu.
Dan jika hujan turun,
Tanpa berbagi payung berdua.
31 July 2015
Karya : Sofa A
Entah sampai kapan ku harus menunggumu,
Berharap kau kan kembali
Mungkin sampai jantungku berhenti berdetak,
Sampai darahku enggan mengalir,
Atau sampai mataku terpejam selamanya
Berharap kau kan kembali
Mungkin sampai jantungku berhenti berdetak,
Sampai darahku enggan mengalir,
Atau sampai mataku terpejam selamanya
Aku ingin melangkah, tapi ku tak tahu arah
Aku ingin berlali hingga ujung pelangi, dan temukan kau disana bersama sederet cerita yang membawamu pergi
Tapi aku tak mampu...
Lantas apa yang seharusnya ku lakukan ?
Entahlah...
Aku ingin berlali hingga ujung pelangi, dan temukan kau disana bersama sederet cerita yang membawamu pergi
Tapi aku tak mampu...
Lantas apa yang seharusnya ku lakukan ?
Entahlah...
Dalam diam aku menunggumu,
Tak lelah terus menunggu
Hanya menunggumu
(Ibu....)
....Tak lelah terus menunggu
Hanya menunggumu
(Ibu....)
Karya : Dhea Roudhatul Hasanah
Termenung dalam kilau terabai,
Mencuri tatap segaris tali terbalut besi
Tak ada yang mengerti,
Tak ada yang menemani,
Hanya sebuah daun kering nan jatuh tersisih angin menjadi saksi ancaman sang sembilu.
Desingnya pun melemah,
Mencipta katana tajam siap menyayat.
Membuat penopang tubuh berakar seketika
"Inilah harimu..." Bisiknya
"Tak ada lagi kilau, tak ada lagi warna, sekalipun redup atau kotor"
Dibawah naungan samudera hampa,
Aku memudar bersama birunya.
Karya : Dhea Roudhatul Hasanah
Termenung dalam kilau terabai,
Mencuri tatap segaris tali terbalut besi
Tak ada yang mengerti,
Tak ada yang menemani,
Hanya sebuah daun kering nan jatuh tersisih angin menjadi saksi ancaman sang sembilu.
Desingnya pun melemah,
Mencipta katana tajam siap menyayat.
Membuat penopang tubuh berakar seketika
"Inilah harimu..." Bisiknya
"Tak ada lagi kilau, tak ada lagi warna, sekalipun redup atau kotor"
Dibawah naungan samudera hampa,
Aku memudar bersama birunya.
Karya : Dhea Roudhatul Hasanah
No comments:
Post a Comment