Musikalisasi Puisi - Sanggar Seni Kobong

Post Top Ad

Responsive Ads Here

                                        Musikalisasi Puisi

Puisi adalah salah satu genre sastra selain prosa dan drama. Sebuah puisi dapat tercipta melalui pendalaman batin yang kuat dari seorang pencipta. Pendalaman batin tersebut biasanya dapat dilakukan setelah seorang pencipta melihat suatu hal atau kejadian yang “luar biasa” bagi dirinya. Akan tetapi, tidak sedikit penyair yang dapat menciptakan sebuah puisi secara spontan tanpa membutuhkan pendalaman dan perenungan terlebih dahulu. Gagasan atau ide penciptaan sebuah puisi dapat juga “menggelitik” nurani seseorang ketika dia mengenang kejadian yang pernah dia alami. Kejadian tersebut dapat berupa kejadian yang membuat hati berduka, maupun kejadian yang dapat membuat hati bersuka. Dua kejadian yang pernah dialami oleh seorang penyair tersebut akan memengaruhi suasana puisi yang dia ciptakan.
Imbas dari perkembangan dunia kesusastraan, kemajuan teknologi, dan peningkatan proses penciptaan lagu, sebuah puisi dapat diaransemen menjadi sebuah lagu yang indah dan enak didengar dalam bentuk musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi sebenarnya bukan barang baru karena konsep dasar musikalisasi puisi sudah diperkenalkan oleh beberapa musisi Indonesia. Kolaborasi antara musik dan puisi telah menjadi komoditi dagang dalam percaturan lagu-lagu komersial. Sebut saja penyair terkenal Sapardi Djoko Darmono bersama dengan kelompok pemusik kampus Universitas Indonesia Depok Jakarta berhasil merampungkan dua buah album, yaitu Hujan Dalam Komposisi dan Hujan Bulan Juni.
Kemudian, penyair Emha Ainun Najib bersama dengan kelompok musik Kyai Kanjeng Yogyakarta merilis album Kado Tombo Ati. Tidak cukup sampai disitu, Cak Nun pun menggaet pemusik beraliran country, Fanky Sahilatua, untuk bersama-sama menggarap album Perahu Retak. Sebelum bergabung dengan Cak Nun, Franky juga pernah melakukan kolaborasi dengan Yudisthira A.N. Masardhy dalam album Musim Bunga.
Tidak ketinggalan kelompok musik Kantata Takwa yang terdiri atas Iwan Fals, Sawung Jabo, Jocky Suryoprayogo yang dimotori oleh pengusaha sukses Setiawan Djodi menggaet si “Burung Merak” W.S. Rendra dalam album mereka. Bahkan, album tersebut pernah mereka tampilkan dalam konser akbar mereka di Stadion Bung Karno beberapa tahun lalu yang menarik antusias ratusan ribu penggemar musik Indonesia. Begitu juga dengan Kelompok Bimbo. Kelompok musik dari Bandung ini kerap bekerja sama dengan penyair Taufik Ismail dalam beberapa albumnya, khususnya album lagu-lagu yang bertemakan keagamaan.
Apa dan bagaimana musikalisasi puisi itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “musikalisasi” adalah ‘hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik’. Dengan demikian, “musikalisasi puisi” adalah ‘hal menjadikan puisi dalam bentuk musik’. Jika dilihat makna tadi, musikalisasi puisi dapat juga dimaknai “pemusikan” sebuah puisi. Berdasarkan makna tersebut dapat ditafsirkan bahwa musikalisasi puisi adalah (1) puisi yang dibacakan sambil diiringi dengan alunan musik dari “alat” musik; (2) puisi yang dilagukan sambil diiringi dengan alunan musik dari “alat” musik.
Penulis sempat beranggapan bahwa pengertian (1) belum dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai musikalisasi puisi, tetapi masuk dalam kategori ilustrasi puisi karena puisi tersebut masih “dibacakan” dan tidak “dilagukan”. Akan tetapi, ketika penulis berbincang-bincang dengan Fredy Arsi, pencipta musikalisasi puisi dari Jakarta yang pernah mengeluarkan album musikalisasi puisi, beliau mengatakan bahwa walaupun puisi tersebut masih “dibacakan”, tetapi karena sudah diiringi oleh nada dan irama, maka bentuk tersebut juga sudah dapat dikatakan sebagai sebuah musikalisasi puisi.
Dalam musikalisasi puisi, terdapat dua jenis “alat” musik yang dapat mengiringi sebuah puisi: (1) alat musik yang sudah biasa digunakan seperti gitar, rebana, seruling, recorder, dan organ; (2) “alat” musik yang tidak biasa digunakan seperti batu-batuan, botol-botol bekas minuman, dan lempengen-lempengan besi.
Antara ciptaan musikalisasi puisi dan ciptaan lagu memang sangat tipis perbedaannya. Akan tetapi, terdapat juga beberapa perbedaan antara sebuah musikalisasi puisi dan sebuah lagu. Perbedaan yang pertama adalah dalam penggunaan lirik. Lirik yang digunakan dalam sebuah musikalisasi puisi pasti selalu “puitis” karena berasal dari lirik puisi, sedangkan lirik yang digunakan dalam sebuah lagu belum tentu “puitis” karena dibuat sendiri oleh seorang pencipta lagu yang belum tentu dapat menciptakan lirik yang “puitis”.
Perbedaan lain adalah dalam hal proses penciptaan. Proses penciptaan sebuah lagu dapat dimulai dengan menciptakan nada dan irama musik terlebih dahulu, kemudian disusul dengan penciptaan lirik yang disesuaikan dengan nada dan irama yang sudah diciptakan. Akan tetapi, dalam penciptaan musikalisasi puisi, justru sebaliknya. Penciptaan musikalisasi puisi harus diawali dari lirik puisi yang sudah diciptakan oleh penyair atau diciptakan sendiri oleh pencipta lagu. Setelah itu, baru menciptakan nada dan irama musik yang disesuaikan dengan lirik puisi tersebut.
Salah satu hal yang juga dapat membedakan antara sebuah musikalisasi puisi dan sebuah lagu adalah dari jenis alat musik yang digunakan. Dalam sebuah lagu pada umumnya menggunakan alat musik modern untuk mengiringi lirik lagu, sedangkan dalam musikalisasi puisi, jenis alat musik yang digunakan biasanya kerap diselipi dengan jenis alat musik etnik yang sangat jarang digunakan di dalam lagu-lagu biasa.
Memang, secara umum sebuah musikalisasi puisi tidak memiliki perbedaan dengan sebuah lagu. Akan tetapi, jika kita dapat melihat, mendengar, dan menghayati lebih dalam lagi sebuah musikalisasi puisi, kita dapat merasakan bahwa musikalisasi puisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan sebuah lagu. Keunggulan yang paling menonjol dari sebuah musikalisasi puisi adalah lirik lagu yang sarat akan makna. Lirik-lirik dalam sebuah musikalisasi puisi memiliki makna yang sangat dalam karena menggunakan bahasa piguratif sebagai ciri khas sebuah puisi. Selain itu, warna musik dalam sebuah musikalisasi puisi sangat khas dan variatif karena dipenuhi dengan jenis musik etnik yang jarang digunakan dalam sebuah lagu biasa.
Keberadaan musikalisasi puisi kini sudah semakin dikenal luas. Banyak pelajar yang sudah bermusikalisasi puisi di sekolah mereka. Bahkan, festival musikalisasi puisi pun sudah banyak di gelar untuk meningkatkan kualitas musikalisasi puisi di kalangan pelajar.
Penulis, Staf Teknis di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages