Persiapan Pemeran Teater
PERSIAPAN PEMERAN TEATER
Oleh
Heru Subagiyo S.Sn.
Proses dalam teater adalah proses komunikasi, yaitu proses transformasi informasi antara komunikator dan komunikan. Komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menggunakan dua bahasa yaitu bahasa verbal dan bahasa non verbal. Bahasa verbal yaitu bahasa yang berupa kata-kata yang dianut oleh seorang dalam suatu budaya tertentu.
Misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris dan
bahasa-bahasa lain di dunia. Bahasa tubuh yang biasa disebut dengan
gesture yaitu sikap atau pose tubuh seseorang yang mengandung makna dan menimbulkan bahasa tubuh (body language).
Bahasa tubuh ini juga dipengaruhi oleh oleh budaya tertentu, karena
bahasa tubuh tidak bersifat universal. Misalnya ‘mengangguk’, di
Indonesia diartikan sebagai persetujuan sedangkan di India diartikan
sebagai penolakan.
Seorang
pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa
verbal yang berupa ucapan-ucapan ( dialog dan monolog) dan bahasa tubuh.
Bahasa tubuh yang diperlihat oleh pemeran bisa berdiri sendiri, dalam
artian bahasa tubuh tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Tetapi bisa
juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal yang berupa ucapan (speech)
dialog. Ucapan yang dilontarkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal
ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang
sangat bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton, dan ini merupakan kesalahan yang fatal bagi seorang pemeran.
Komunikasi
verbal yang dilakukan oleh pemeran memerlukan berbagai persiapan agar
kualitas suara yang dihasilkan dapat mendukung komunikasi. Suara adalah
hal lain yang penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi
auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam
kenyataannya suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang
datang dan menyentuh selaput gendang telinga. Tetapi dalam konvensi
dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk
manusia untuk membentuk kata-kata, sedangkan bunyi merupakan produk
benda-benda.
Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita suara sehingga
udara yang lewat berubah menjadi bunyi beserta organ artikulasi manusia
di dalam mulut maupun hidung, dan dibedakan dengan bunyi-bunyian lain
yang bukan dihasilkan organ artikulasi. Dalam kegiatan teater suara
memengang peranan penting, karena digunakan sebagai bahan komunikasi
yang berwujud dialog. Permainan dialog ini merupakan salah satu daya
tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan melontarkan
dialog ini menjadi sifat teater yang khas.
Suara
manusia adalah lambang komunikasi dan dijadikan lambang benda, gerak,
rasa dan buah pikiran, baik yang abstrak maupun yang kongkrit sehingga
menjadi alat tukar pikiran untuk menyampaikan informasi. Unsur dasar
dari bahasa lisan adalah suara, dan prosesnya adalah suara dijadikan
kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang kesemuanya
dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.
Pemilihan kata-kata memainkan peranan dalam aturan yang dikenal dengan
istilah diksi. Selanjutnya suara tidak hanya dilontarkan begitu saja
tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya dan cepat
lambatnya sesuai dengan gambaran tentang kondisi dan situasi psikologi,
itulah yang disebut intonasi. Suara juga dipengaruhi oleh hubungan antar
otot, hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya
yang disebut dengan artikulasi.
Latihan Pernafasan
Pernafasan
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida. Proses menghirup udara ini disebut inspirasi dan proses
menghembuskan udara ini disebut ekspirasi. Fungsi dari dari pernafasan
ini secara fisiologi adalah mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran serta mengeluarkan
karbondioksida yang terjadi dari sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh
darah ke paru-paru untuk dibuang. Di dalam seni teater, pernafasan ini berhubungan dengan produksi suara.
1. Pernafasan Dada
Ciri
dari nafas dada adalah pada waktu kita menghirup udara maka rangka dada
terbesar bergerak membesar akibat dari rongga yang terisi oleh udara
yang banyak. Latihlah sampai nafas dada ini terkuasai.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada, tahan, hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada, tahan, dan hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada, tahan, dan hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan
latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada dan hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
§ Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara duduk maupun berbaring secara santai.
§ Ketika
menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-olah mulai
dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga dada. Ketika
menghembuskan nafas rasakan seolah-olah perjalanan udara itu dari dada,
tenggorokan terus ke mulut.
2. Pernafasan Perut
Ciri
dari nafas perut adalah pada waktu kita menghirup udara, maka rongga
perut akan membesar dan mengeras karena terisi oleh udara yang banyak.
Pernafasan ini juga ditandai dengan naik turunnya sekat diafragma yang
terdapat diantara rongga dada dan rongga perut.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
perut, tahan, hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
perut, tahan, dan hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
perut, tahan, dan hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan
latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
perut dan hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik
dan menghembuskan.
§ Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan cara duduk maupun berbaring secara santai.
§ Ketika
menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-olah mulai
dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga perut.
Ketika menghembuskan nafas rasakan seolah-olah perjalanan udara itu dari
perut, dada, tenggorokan terus ke mulut.
3. Pernafasan Diafragma
Latihan
ini fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan rongga
perut yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari nafas diafragma
adalah otot-otot sekat diafragma akan menegang, dan otot-otot samping
bagian pinggang akan mengembang ketika kita menghirup udara. Pernafasan ini sebenarnya gabungan nafas dada dan nafas perut. Latihlah sampai nafas diafragma ini terkuasai.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras, tahan,
hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
§ Posisi
berdiri tegak dan tarik nafas panjang langsung alirkan udara ke rongga
dada dan rongga perut sehingga sekat difragma mengeras, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
§ Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan cara duduk maupun berbaring secara santai.
§ Ketika
menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara seolah-olah mulai
dari hidung, kepala, tulang belakang terus sampai ke rongga perut naik
ke rongga dada sehingga sekat difragma tertekan. Ketika menghembuskan
nafas rasakan seolah-olah perjalanan udara itu dari sekat diafragma,
dada, tenggorokan terus ke mulut.
Senam Persiapan
Perangkat
wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam
olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi,
gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.
Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi.
Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi
sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan
sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang
meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang
akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa
hambar.
1. Senam Wajah
§ Dahi dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan.
§ Arahkan otot-otot wajah ke kanan, tahan, dan lepaskan.
§ Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan.
§ Arahkan otot-otot wajah ke bawah, tahan, dan lepaskan.
§ Buka mulut selebar mungkin, tahan, dan lepaskan.
§ Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan.
§ Bibir dikatubkan dan arahkan ke kanan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan.
§ Bibir di katupkan dan arahkan ke kiri sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan.
§ Bibir ditarik ke belakang sejauh mungkin sampai kita meringis, tahan, dan lepaskan.
§ Bibir dikatupkan dan putar searah jarum jam, terus kearah sebaliknya.
§ Ucapkan u...o...o...o...a... ( huruf o diucapkan seperti pada kata soto), kemudian diucapkan dengan sebaliknya. Posisi lidah tetap datar pada mulut, tenggorokan tetap terbuka lebar dan rahang rileks.
§ Ucapkan me...mo...me...mo...me...mo...me...mo...me (me diucapkan seperti pada kata medan).
2. Senam Lidah
§ Lidah dijulurkan sejauh mungkin, tahan dan tarik sedalam mungkin.
§ Lidah dijulurkan dan arahkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
§ Lidah dijulurkan dan putar searah jarum jam terus kebalikannya.
§ Bibir dikatupkan, rahang diturunkan dan lidah diputar di dalam mulut searah jarum jam terus kebalikannya.
§ Lidah ditahan di gigi seri, terus hentakkan.
§ Membunyikan errrrr................, errrrrrr................ berulang-ulang. Latihan ini berfungsi untuk melemaskan lidah.
§ ucapkan dengan cepat: fud...fud...fud...fud...fud...dah – fud...fud...fud...fud...fud...dah. lakukan latihan ini sesering mungkin.
3. Senam Rahang Bawah
§ Gerakkan rahang bawah dengan cara membuka dan menutup.
§ Gerakkan rahang bawah ke kiri dan kanan secara bergantian.
§ Gerakkan rahang bawah ke depan dan ke belakang secara bergantian.
§ Gerakkan rahang bawah melingkar sesuai dengan arah jarum jam dan ke arah sebaliknya.
§ Ucapkan dengan riang, ceria, gembira dan rileks: da....da....da....da.....da.....da.... kemudian la....la.....la....la.....la. ....la Latihan ini bisa dengan huruf konsonan yang lain yang digabung dengan huruf vokal a
4. Latihan Tenggorokan
§ Ucapkan lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo... lakukan latihan ini dengan santai, semakin lama semakin keras tetapi tenggorokan jangan teggang.
§ Nyanyikan dengan tenggorokan tetap terbuka la...la...la...la...laf... – la...la...la...la...los... – la...la...la...la...lof...
5. Berbisik
§ Lavalkan huruf vokal (a...i...u...e...o...) tanpa mengeluarkan suara. Dalam latihan ini yang diutamakan adalah kontraksi otot-otot bibir, wajah dan rahang.
§ Lavalkan huruf c... d... l... n... r... s... t... tanpa mengeluarkan suara. Latihan ini juga berfuungsi untuk melenturkan lidah.
§ Lavalkan huruf konsonan dengan tanpa mengeluarkan suara.
§ Lavalkan
kata dan kalimat pendek tanpa mengeluarkan suara. Latihan ini
diutamakan pengejaan tiap suku kata, baik dalam kata maupun dalam
kalimat.
6. Bergumam
Fungsi dari bergumam ini adalah sebagai pemanasan organ produksi suara.
§ Tarik
nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus gumaman ini
pada rongga dada. Rasakan getaran pada rongga dada pada waktu kita
bergumam.
§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus gumaman ini pada batang tenggorokan atau trakea. Rasakan getaran pada batang tenggorokan pada waktu kita bergumam.
§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus gumaman ini pada rongga hidung atau nasal. Rasakan getaran pada rongga hidung pada waktu kita bergumam, biasanya ujung hidung kita akan terasa gatal.
7. Bersenandung
Fungsi dari latihan bersenandung adalah untuk pemanasan organ produksi suara sekaligus untuk melatih penguasaan melodi.
§ Tarik
nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung. Lakukan latihan ini
mulai dari nada rendah sampai nada yang tinggi. Misalnya dengan suku
kata NA disenandungkan sesuai dengan tangga nada (do, re, mi, fa, sol, la, si, do). Lakukan 8 kali pengulangan.
§ Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung dengan tidak sesuai tangga nada.
Pendukung Komunikasi Verbal
Suara
manusia adalah lambang komunikasi dan dijadikan lambang benda, gerak,
rasa dan buah pikiran, baik yang abstrak maupun yang kongkrit sehingga
menjadi alat tukar pikiran untuk menyampaikan informasi. Unsur dasar
dari bahasa lisan adalah suara, dan prosesnya adalah suara dijadikan
kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang kesemuanya
dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau
paramasastra. Pemilihan kata-kata memainkan peranan dalam aturan yang
dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya suara tidak hanya dilontarkan
begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya dan
cepat lambatnya sesuai dengan gambaran tentang kondisi dan situasi
psikologi, itulah yang disebut intonasi. Suara juga dipengaruhi oleh
hubungan antar otot, hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana
mengatakannya.
1. Diksi
Diksi sebenarnya berasal dari kata dictionary
(kamus) yaitu pemilihan kata untuk mengekspresikan ide-ide yang tepat
dan selaras, bisa juga diksi diartikan sebagai kata-kata sebagai satu
kesatuan arti, tetapi dalam pelatihan ini, diksi (diction)
dimaksudkan sebagai latihan mengeja atau berbicara dengan keras dan
jelas. Latihan diksi berfungsi untuk memberi kejelasan suara dari kata
yang diucapkan. Banyak pemeran yang menyangka bahwa untuk dapat didengar
hanya perlu berbicara keras, padahal yang dibutuhkan tidak sekedar itu,
tetapi dibutuhkan pengucapan yang jelas. Dalam bahasa Indonesia huruf
yang hampir sama pengucapan dan terdengarnya adalah huruf p dengan b, t dengan d, dan k dengan g. Latihan diksi ini dimulai dari membedakan huruf itu, kemudian diaplikasikan pada kata dan kalimat dari huruf tersebut.
a. Latihan membedakan huruf p dengan b, t dengan d, dan k dengan g
b. Latihan membedakan hufuf p, b, t, d, k, dan g dengan cara mengkombinasikan.
c. Latihan ini dilakukan dengan cara menggabungkan huruf-huruf tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya pa dengan ba atau ta dengan da, ki dengan gi dan seterusnya.
d. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk kata, misalnya:
- Apabila - Perpustakaan
- Begitu - Kudengar
- Menyambut - Luput
Dan seterusnya, serta cari kata yang dalam suku katanya ada huruf-huruf di atas.
e. Latihan dengan kalimat.
Latihan
ini dilakukan dengan cara mengeja dengan benar. bacalah dengan
pelan-pelan dan rasakan gerak organ produksi suara yang terlibat serta
rasakan posisi organ tersebut.
|
2. Artikulasi
Artikulasi
adalah hubungan antar otot, hubungan antara apa yang dikatakan dan
bagaimana mengatakanya, karena artikulasi adalah satu ekspresi gestur
yang kompleks. Dari langkah ini kita akan mulai mengerti gestur vokal
dan fisik, serta semua aspek bunyi suara. Dialog yang ditulis oleh
penulis naskah seperti sebuah partitur musik yang penuh dengan irama,
bunyi-bunyian, tanda-tanda yang dinamis dimana semuanya dibutuhkan untuk
karakter peran.
Dalam
latihan artikulasi yang perlu diperhatikan adalah bunyi suara yang
keluar dari organ produksi suara. Bunyi suara yang kita kenal meliputi
bunyi suara nasal (di rongga hidung), dan bunyi suara oral (di rongga
mulut). Bunyi nasal muncul ketika langit-langit lembut di
rongga mulut diangkat dan diturunkan, dan membuka jalan untuk aliran
udara lewat menuju rongga hidung dan disana udara beresonansi
menghasilkan bunyi. Bunyi nasal meliputi huruf m, n, ny, dan ng.
Bunyi
suara oral dibagi menjadi dua yaitu bunyi suara vokal dan bunyi suara
konsonan. Bunyi vokal atau huruf hidup diproduksi dari bentuk mulut yang
terbuka, misalnya a, i, u, e, o, dan diftong
(kombinasi dua huruf hidup, misalnya au, ia, ai, ua dan lain-lain).
Bunyi konsonan diproduksi ketika aliran nafas dirintangi atau tertahan
di mulut.
Bunyi konsonan dipengaruhi oleh di posisi mana aliran udara dirintangi dan berapa besar rintangannya, misalnya; gutural yaitu bagian belakang lidah menyentuh bagian belakang mulut akan menghasilkan bunyi kebisingan yang nonverbal. Palatal belakang yaitu bagian belakang lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit lembut akan menghasilkan huruf seperti g. Palatal tengah yaitu bagian tengah lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit keras akan menghasilkan bunyi k. Dental yaitu lidah digunakan bersama dengan bagian gusi belakang gigi depan di atas dan menghasilkan bunyi t. Labial yaitu bibir bagian bawah bersatu dengan gigi bagian atas untuk membuat bunyi huruf f atau bibir dengan bibir bersatu untuk membuat bunyi huruf b.
Resonansi
konsonan lebih kecil tetapi lebih tajam dibandingkan dengan bunyi
resonasi huruf hidup. Konsonan berarti berbunyi dengan, dan hal ini
mengindikasikan bahwa bunyi konsonan itu sendiri tidak menciptakan satu
suku kata tetapi harus dikombinasikan dengan huruf hidup atau vokal.
a. Latihan Huruf
- Lavalkan
huruf-huruf konsonan, dan rasakan organ produksi suara mana saja yang
terpengaruh serta bagaimana posisi dari organ produksi suara tersebut.
- Lavalkan
huruf-huruf vokal, dan rasakan organ produksi suara mana saja yang
terpengaruh serta bagaimana posisi dari organ produksi suara tersebut.
- Lavalkan
huruf-huruf nasal, dan rasakan organ produksi suara mana saja yang
terpengaruh serta bagaimana posisi dari organ produksi suara tersebut.
- Lavalkan
huruf-huruf diftong, dan rasakan organ produksi suara mana saja yang
terpengaruh serta bagaimana posisi dari organ produksi suara tersebut.
b. Latihan Kata
Lavalkan kata ini, dari tempo lambat ke tempo yang cepat.
- buru... babi... rubu... bara... babu... baru... raba... rusa... rubah. Lakukan latihan ini sesering mungkin untuk melemas organ produksi suara serta cari kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
- burubabibarurusarubah... burubabibarurusarubah.... Lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan yang lain.
c. Latihan dengan bunyi nasal
Lavalkan kata-kata yang berawal dan atau berakhir dengan bunyi nasal.
- Nyanyi........ngambek.......ngungsi.......nyiram.........nyuci.....nyulam
- Makan.........malam..........nasi........nangis.........masak........makar....... uang.........sayang....... lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
- Makanmalamnasinangis......masakmakaruangsayang....... lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
d. Latihan dengan huruf diftong
Lavalkan kata-kata yang mengandung huruf diftong.
- Tua..... dia..... engkau ....... wahai......dua......siang......saing....... lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
- Tuadiaengkauwahaiduasiangsaing..Tuadiaengkauwahaiduasiangsaing.. lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinan-kemungkian kata yang lain.
3. Intonasi
Intonasi (intonation)
adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan
kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan
ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara. Fungsi dari intonasi
adalah membuat pembicaraan menjadi menarik, tidak membosankan, dan
kata-kata atau kalimat yang kita ucapkan lebih mempunyai makna. Intonasi
berperan dalam pembentukan suatu makna kata, bahkan bisa merubah makna
suatu kata.
Intonasi dapat dilatih melalui:
a. Jeda
Jeda
adalah pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada
kata dan berfungsi untuk memunculkan rasa ingin tahu lawan bicara,
maupun penonton.
Misalnya : Berapa lama / saya harus menunggu/……….
b. Tempo
Tempo
adalah cepat lambatnya suatu ucapan yang kita lakukan. Fungsi dari
tempo ini adalah untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke
alam bawah sadar penononton maupun lawan bicara.
Misalnya : Siapa bilang itu tidak bisa.......... dilakukan.
c. Timbre
Timbre
adalah warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang kita ucapkan.
Untuk memunculkan timbre ini dilakukan dengan cara memperberat atau
memperingan tekanan suara kita.
d. Nada
Nada adalah tinggi rendahnya suara kita. Nada ini sangat berpengaruh pada makna kata yang kita sampaikan kepada komunikan.
(permainan nada bicara)
Gesture
Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang mengandung makna dan menimbulkan bahasa tubuh (body language).
Ada juga yang mengatakan bahwa gesture adalah bentuk komunikasi
non-verbal yang diciptakan oleh bagian-bagian tubuh bahkan dapat
dikombinasikan dengan bahasa verbal. Bahasa tubuh dilakukan oleh
seseorang terkadang tanpa disadari dan keluar mendahului bahasa verbal.
Bahasa ini mendukung dan sangat berpengaruh dalam proses komunikasi.
Jika berlawanan dengan bahasa verbal akan mengurangi kekuatan komunikasi
sedangkan kalau selaras dengan bahasa verbal akan menguatkan proses
komunikasi. Seorang pemeran harus memahami bahasa tubuh, baik bahasa
tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lainnya.
Pemakaian
gesture ini mengajak seseorang untuk menampilkan variasi bahasa atau
bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan pemikiran. Tetapi gesture
tidak dapat menggantikan bahasa verbal sepenuhnya. Sedang beberapa
orang menggunakan gesture ini sebagai tambahan dalam kata-kata ketika
mereka melakukan proses komunikasi.
Manfaat
mempelajari dan melatih gesture ini adalah mengerti apa yang tidak
terkatakan dan yang ada dalam pikiran lawan bicara kita. Selain itu
dengan mempelajari bahasa tubuh kita akan tahu tanda kebohongan atau tanda-tanda
kebosanan pada proses komunikasi yang sedang berlangsung. Bahasa tubuh
ini semacam respon atau inpuls dalam batin seseorang yang keluar tanpa
disadari. Sebagai seorang pemeran gesture ini harus disadari dan
diciptakan sebagai penguat komunikasi dengan bahasa verbal.
Sifat dari bahasa tubuh adalah tidak
universal, maksudnya tidak semua bangsa memiliki arti yang sama untuk
sebuah bahasa tubuh tertentu. Misalnya; orang India, mengangguk tandanya
tidak setuju sedangkan mengeleng artinya setuju, hal ini berlawanan
dengan bangsa-bangsa lain. Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan
jempol membentuk lingkaran, bagi orang perancis artinya nol, bagi orang
Yunani berarti penghinaan, tetapi bagi orang Amerika artinya bagus. Jadi
bahasa tubuh ini harus dipahami oleh pemeran sebagai pendukung bahasa
verbal.
Macam-macam gesture yang ada dan dapat dipahami oleh orang lain adalah gesture dengan tangan, gesture
dengan badan, gesture dengan kepala dan wajah, dan gesture dengan kaki.
Bahasa tubuh atau gesture dengan tangan adalah bahasa tubuh yang
tercipta oleh posisi maupun gerak kedua tangan. Bahasa tubuh yang
tercipta oleh kedua tangan ini merupakan bahasa tubuh yang paling banyak
jenisnya. Bahasa tubuh dengan tubuh adalah bahasa tubuh yang tercipta
oleh pose atau sikap tubuh seseorang. Bahasa tubuh dengan kepala dan
wajah adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh posisi kepala maupun
ekspresi wajah kita. Sedangkan bahasa tubuh dengan kaki adalah bahasa
tubuh yang tercipta oleh posisi dan bagaimana meletakkan kaki.
§ Gesture Dengan Tangan.
1. Tangan membentuk Piramid menandakan: sikap percaya diri, dan punya pendapat yang dinyakini kebenarannya.
2. Menggaruk
belakang kepala atau leher menandakan : kesan bohong atau ragu. Kesan
ini akan lebih kuat jika dibarengi dengan memalingkan muka dari lawan
bicara kita.
3. Meletakkan
tangan seperti bertopang dagu menandakan kondisi seseorang sedang
menganalisis atau menimbang pembicaraan orang lain. Hindari meletakkan
tangan seperti saat mendengarkan lawan bicara kalau itu tidak mendukung
suasana permainan atau komunikasi.
4. Menjulurkan
tangan kepada lawan bicara dengan telapak tangan di atas, menandakan:
kesan jujur, terus terang. Saat mengatakan suatu fakta atau menanggapi
tuduhan yang tidak benar, lakukan hal ini dengan disertai senyuman
datar.
5. Touch atau menyentuh, menandakan:
orang mulai merasa akrab. Gesture ini bisa dimanfaatkan untuk
mempercepat keakraban dengan memberikan sentuhan berupa jabat tangan di
awal pertemuan. Sentuhan akan dianggap netral bila dilakukan di punggung
tangan dan dilakukan sealami mungkin serta tidak kelihatan bernafsu.
Sentuhan ini kalau dilakukan di lain tempat (leher, kepala, bahu,
sepanjang lengan) sudah menandakan suatu keintiman, dan ini hanya boleh
dilakukan bila keadaan dan suasana yang inggin diciptakan memang
benar-benar suasana intim.
6. Memukul anggota badan, menandakan kita sedang kelupaan. Misalnya kita memukul kepala, dahi, atau paha.
7. Penguasaan
gerakan tangan yang sesuai dengan perkataan, menandakan pembicara
adalah orang berfikir visual. Manfaat dari penguasaan tangan ini adalah
untuk meningkatkan impresi kata-kata serta pembicaraan itu lebih mudah
untuk diingat. Gerakkan tangan ini harus selaras dengan kata yang kita
jelaskan.
8. Gesture
dengan tangan ini merupakan gesture yang paling banyak yang dapat
diciptakan apalagi kalau dikombinasikan dengan jari-jari. Misalnya
gerakkan tangan dengan jari-jari yang dikepal menandakan ingin memukul,
acungan ibu jari ke atas menandakan baik, tetapi kalau ke bawah
menandakan meremehkan dan masih banyak lagi sesuai dengan budaya
masing-masing.
§ Gesture Dengan Badan
1. Posisi
badan terbuka menandakan seseorang merasa terbuka dan percaya diri,
serta membuat orang lain merasa anda yakini. Posisi ini tidak boleh
dibarengi dengan menyilangkan kaki (kalau duduk), memasukkan tangan ke
dalam saku atau ditaruh di belakang badan, dan memeluk barang secara
defensif karena ini berarti seseorang sedang tertutup dan sedang tidak
ingin diganggu.
2. Forward Lean
atau tubuh condong ke depan ke arah lawan bicara menandakan kita
tertarik dengan materi pembicaraan yang sedang berlangsung. Selain itu,
posisi ini membuat lawan bicara merasa nyaman. Gesture ini bisa
dilakukan dengan mencondongkan badan kita menhadap lawan bicara atau
kalau kita di samping lawan bicara berarti kita lakukan dengan agak
memiringkan badan ke arah lawan bicara.
3. Gesture ini termasuk jarak berdiri dalam berkomunikasi atau Personal space.
Gesture dengan jarak berdiri ini ada bermacam dan harus menyesuaikan
dengan budaya komunikasi tersebut. Misalnya orang Amerika, Eropa,
Australia, personal spacenya minimal dua meter jadi lebih berjarak
tetapi bagi orang-orang Timur tengah dan Asia personal spacenya lebih
dekat dan tidak terlalu berjarak untuk menandakan keakraban.
§ Gesture Dengan Kepala
1. Gesture
senyum menandakan perasaan seseorang sedang senang hati, nyaman, dan
setuju dengan komunikasi tersebut. Penggunaan senyum ini adalah senyum
lebih dahulu berarti merangsang orang untuk cocok dengan kita, gabungan
senyum dengan anggukan kepala menandakan persetujuan.
2. Gestrue anggukan kepala
menandakan persetujuan, afirmasi, akrab, suka. Makna ini tidak berlaku
untuk budaya orang India karena bermakna kebalikannya. Penggunaan
gesture ini pada saat mendengarkan lawan bicara dengan cara
menyingkronkan antara anggukan kepala dengan halus dan posisi
mendegarkan. Saat terbaik adalah disetiap jeda kata lawan bicara atau
saat kalimat-kalimat yang memerlukan persetujuan. Saat mengucapkan
kalimat untuk mendapatkan persetujuan termasuk kalimat perintah.
3. Gesture
dengan kontak mata menandakan keterbukaan dan adanya keterusterangan.
Manfaat gesture ini adalah meningkatkan kepercayaan lawan bicara pada
kita dengan cara selalu bertatapan dengan mata lawan bicara secara
hangat. Kontak mata ini harus dilakukan di daerah sekitar area mata dan
hidung, dan jangan memainkan mata atau tatapan mata di daerah erogen
atau erotis, karena akan bermakna lain.
§ Gesture Dengan Kaki
1. Posisi
berdiri dengan arah telapak kaki terbuka menandakan kita terbuka dengan
masukkan dan ide-ide dari orang lain, begitu juga sebaliknya kalau arah
telapak tertutup dan dibarengi dengan posisi tangan dilipat di dada
menandakan kita tertutup dengan massukkan dan ide-ide dari luar.
2. Posisi
duduk dan mengangkat satu kaki dan kedua tangan di belakang kepala
menandakan seseorang tengah merasa dominan, menantang dan seolah-olah
berkuasa.
§ Latihan latihan gesture dengan permainan
Jabat Tangan
Semua
peserta bergerak bebas mengitari ruangan. pembimbing kemudian
memerintahkan untuk saling berjabat tangan pada setiap orang yang
ditemui (berpapasan). Satu pemain berpapasan dengan yang lain, kemudian
saling berjabat tangan, terus berjalan lagi, demikian seterusnya.
Kemudian pembimbing memberikan panduan agar para pemain berjabat tangan
dengan cara yang spesifik dengan berbagai kemungkinan, misalnya;
§ Berjabat tangan dengan seorang sahabat yang sudah lama tak jumpa.
§ Berjabat tangan dengan orang yang dicurigai
§ Berjabat tangan dengan pejabat tinggi negara atau bos besar
§ Berjabat tangan dengan bekas pacar
§ Berjabat tangan dengan orang yang memegang rahasia pribadi kita
§ Berjabat tangan dengan orang yang dibenci
§ Berjabat tangan dengan orang yang mulutnya bau, dsb.
Seorang psikiater yaitu William Glasser memiliki teori bahwa sistem kontrol manusia terletak pada kebiasaan. Kebiasaan
ini disusun oleh empat komponen yaitu perbuatan, ide, emosi, dan
keadaan fisik. Beliau menyebutkan rancangan sebagai sebuah tingkah laku
mutlak atau total Behavior. Rancangannya menggunakan kata kerja
untuk menjelaskan emosi. Misalnya: menyedihkan, berarti menjelaskan
tingkah laku mutlak yang biasa disebut sebagai kemuraman atau depresi.
Banyak
psikolog menjelaskan emosi dalam bentuk tiga bentuk dasar atau
fundamental yaitu gerakkan fisiologis, ekspresi tingkah laku (ekspresi
wajah, tingkah laku/gerakan-gerakan anggota tubuh, dan pengalaman secara
sadar dari subjek dari emosi. Ketiga atibut ini sangat diperlukan untuk
sebuah kejadian yang penuh dengan pengalaman emosi, meskipun
intensitasnya tidak tetap atau berubah sesuai dengan subjeknya.
Salah
satu pengelompokan yang mendekati dan paling berpengaruh dalam
mempelajari emosi adalah milik Robert Plutchik, yang mengelompokkan
dalam delapan emosi pokok, yaitu:
· Kemarahan
· Ketakutan
· Kesedihan
· Kegembiraan
· Kemuakan atau kejijikan
· Ketertarikan atau keingintahuan
· Keterkejutan
· Kesetujuan
Pemikiran
Plutchik ini adalah dasar pokok dalam putaran evolusioner, yaitu dengan
menghubungkan setiap kebiasaan dengan nilai yang telah berlangsung
dalam kehidupan. Sebagai contoh: ketakutan akan memacu pelarian dari
sebuah bahaya, kemarahan akan memacu perkelahian untuk bertahan hidup.
Sifat-sifat ini merupakan warisan biologis dan dibangun dalam sifat
dasar manusia.
Pembelajaran
seni teater yang dilakukan oleh berbagai intitusi banyak terdapat
persamaan yaitu sangat menitik beratkan pada penggunaan ekspresi tubuh.
Elemen-elemen ekspresi tubuh yang merupakan semacam tata bahasa ekspresi
(Grammer of exspresion). Begitu pula tentang suara dan cara-cara
pengucapannya disesuaikan dengan pikiran-pikiran, watak-watak, dan
susunan yang bersangkutan di dalam peran. Seni peran semacam itu telah
umum dan sebagai salah satu prosedur yang berlaku. Pelatihan-pelatihan
seni teater banyak mengajarkan gerak bicara dan gerak tubuh sebagai
bahasa seni akting. Aristoteles berpendapat “ barang siapa
merenungkan setiap hal pada tubuhnya yang pertama kali dan asal mula
dari pada hal itu, maka ia akan memperoleh pemandangan yang paling jelas
dari pada hari-hari itu.
Kemampuan
ekspresi adalah usaha seorang pemeran untuk meraih ke dalam dirinya dan
menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya setiap hari, untuk
menjadi lebih peka responnya. Seorang calon pemeran akan berusaha untuk
menciptakan sistem reaksi yang beragam yang dapat memenuhi tuntutan
teknis pementasan. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia sudah mengenal
dirinya baik dari orang lain maupun dari perasaan diri sendiri. Tetapi
itu belum cukup karena seorang calon pemeran harus mengerti bahwa
kemampuan ekspresi di mulai dari usahanya mendisiplinkan diri. Disiplin
yang berakar dari rasa hormat seseorang kepada dirinya, lawan main,
seniman-seniman lain bahkan kepada khalayak umum yang tidak ada
hubungannya dengan dunia akting.
Dasar
dari kemampuan ekspresi adalah diri pribadi ketika berhubungan sosial
dengan orang lain. Fondasi inilah yang kemudian di atasnya harus
dibangun kemampuan-kemampuan ekspresi diri. Dalam kehidupan sehari-hari
seorang calon pemeran sudah memainkan peran yang berbeda-beda untuk
situasi dan penonton yang berbeda-beda. Misalnya ketika berbincang
dengan sahabatnya, atasannya, pacarnya, kenalan biasa, tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa dia memiliki postur tubuh, kualitas suara dan
bahasa yang berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan rasa
percaya diri, rasa apakah dia menarik atau tidak, dan cara
memproyeksikan pandangan diri orang-orang tersebut tentang dirinya.
Semua itu mempunyai bentuk dan cara yang berbeda-beda, tetapi semua itu
tetap mewakili diri pribadi si pemeran, bukan orang lain. Demikian pula
halnya ketika di atas panggung, dimana pemeran akan memainkan peran yang
berbeda-beda tetapi tetap adalah dirinya sendiri. Segi sosial dari
pemeranan ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga dia peka dan
memiliki respon yang beragam.
Teknik
dasarnya adalah teknik mendayagunakan peralatan ekspresi pemeran baik
ekspresi yang bersifat tubuh maupun yang bersifat kejiwaan. Fungsi dari
teknik ini adalah untuk meningkatkan keluwesan dan ketahanan tubuh,
serta keterampilan gerak dan reaksi. Latihan teknik dasar pemeranan ini
merupakan landasan kuat untuk bangunan penciptaan peran. Latihan ini
harus dilakukan terus menerus, diresapi dan dikuasai sampai menjadi hal
yang bukan teknis. Suatu saat kalau diperlukan teknik-teknik ini muncul
secara spontan, seakan-akan ini merupakan gambaran peran dan bukan hasil
paksaan pemeran.
Latihan – latihan teknik dasar pemeranan ini terdiri dari latihan tubuh (
dijelaskan lain kali ), latihan suara atau vokal (sudah dijelaskan di
depan), latihan konsentrasi, latihan imajinasi, latihan ingatan emosi,
dan penghayatan emosi.
a. Konsentrasi
Pengertian
konsentrasi secara harfiah berarti memfokus pada sesuatu, sehingga
dalam konsentrasi, ada sesuatu yang menjadi pusat perhatian. Makin
menarik pusat perhatian tersebut, makin sanggup ia memusatkan perhatian.
Pusat perhatian seorang pemeran adalah sukma atau jiwa peran atau
karakter yang akan kita mainkan. Segala sesuatu yang mengalihkan
perhatian ataupun yang mempengaruhi konsentrasi seorang pemeran atas
karakter yang dimainkan, cenderung dapat merusak proses pemeranan. Maka
konsentrasi menjadi sesuatu sangat perlu untuk pemeran.
Tujuan
dari konsentrasi ini adalah untuk mencapai kondisi kontrol mental
maupun fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara
pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap
saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah
awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu
menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran
akan dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu peran yang
dimainkan, juga agar pemeran bisa mengalami dunia yang lain dengan
segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia lain itu.
Dunia
teater adalah dunia imajiner atau dunia rekaan, dunia tidak nyata
seorang penulis lakon yang diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini
harus diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata dan dapat
dinikmati serta menyakinkan penonton. Kekuatan pemeran untuk mewujudkan
dunia rekaan ini hanya bisa dilakukan dengan kekuatan daya konsentrasi.
Misalnya seorang pemeran melihat sesuatu yang menjijikan (meskipun
sesuatu itu tidak ada di atas pentas) maka ia harus menyakinkan kepada
penonton bahwa sesuatu ada dan benar-benar nyata di atas pentas. Kalau
pemeran dengan tingkat konsentrasi yang rendah maka dia tidak akan dapat
menyakinkan penonton.
1. Latihan Konsentrasi Pada Lima Indera
Latihan
ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman berbagai
suasana kemudian disimpan dalam ingatan sebagai sumber ilham sebagai
bahan untuk penciptaan.
§ Indera Penglihat
- Amati sebuah benda secara intensif, dan deskripsikan pengamatan anda kepada peserta lain.
- Lakukan dengan suasana yang santai dan presentasikan sesuai dengan gaya anda.
- Latihan diteruskan dengan mengamati sekumpulan benda.
- Deskripsikan hasil pengamatan tersebut termasuk yang menjadi ciri khas dari objek pengamatan anda.
- Dalam latihan ini diusahakan dilakukan dengan pengamatan yang sangat jeli dan dalam suasana santai.
§ Indera Pencium
- konsentrasi
pada bau yang paling menyengat dan dekat dengan tubuh kita (latihan
diusahakan betul-betul membaui bukan menghayalkan atau berimajinasi
tentang bau).
- Kalau
sudah mendapatkan bau tersebut, kemudian simpan dalam ingatan kita.
Latihan dilanjutkan dengan menambahkan jarak dari sumber bau. Kemudian
dipresentasikan sesuai dengan gaya dan cara masing-masing.
- Latihan indera penciuman ini juga bisa dilakukan menbedakan bermacan-macam bau.
§ Indera Pendengaran
- konsentrasi
pada sumber suara yang paling lemah dan dekat dengan kita (latihan ini
benar-benar mendengar bukan mengkhayal atau berimajinasi)
- Kalau
sudah mendapat bunyi tersebut, kemudian simpan dalam ingatan kita.
Latihan dilanjutkandengan menambah jarak dari sumber bunyi tersebut.
Pada sesi terakhir presentasikan kepada yang lain sesuai dengan gaya dan
cara masing-masing.
- Latihan
mendengar ini bisa dilakukan dengan membedakan bermacam-macam bunyi dan
dari sumber apa bunyi tersebut. Misalnya berasal dari logam, kayu,
batu, membran dan lain-lain.
§ Indera Pengecap
- Latihan
ini menggunakan stimulus berbagai macam rasa, coba rasakan berbagai
macam rasa yang ada dan ukur kadar rasa tersebut. Kalau rasa itu asin,
rasakan rasa asin tersebut dan sampai seberapa kadar rasa tersebut.
- Latihan
ini dititik beratkan pada sensasi tentang rasa individu bukan tentang
rasa kolektif, karena kadar tentang rasa bersifat sangat individual.
- Simpan
pengalaman tentang rasa tersebut dan jadikan pengalaman batin, karena
dengan konsentrasi dan dibarengi dengan ingatan batin akan dapat
diekspresikan tentang rasa tersebut meskipun tanpa ada yang dikecap.
§ Indera Perasa Atau Peraba
- Latihan
ini difokuskan pada pembedaan rasa yang tersentuh oleh kulit kita.
Latihan bisa dilakukan dengan cara membedakan rasa kasar dan halus,
panas dan dingin, keras dan lembek dan lain-lain.
- Ambil
sebuah benda dan raba permukaan benda tersebut dari beberapa sisi,
bedakan antar permukaan tersebut. Rasakan betul perbedaan permukaan
benda tersebut, kemudian diskripsikan dengan cara dan gaya
masing-masing.
- Jalanlah
pada berbagai macam permukaan jalan, konsentrasi pada telapak kaki kita
dan bedakan permukaan jalan tersebut, simpan ingatan ini sebagai
pengalaman batin.
- Lakukan
latihan ini dengan santai dan jangan tergesa-gesa. Ingat, latihan ini
tetap terfokus pada daya konsentrasi kita. Ketika melaksanakan latihan
jangan berfikir yang macam-macam.
2. Latihan Konsentrasi Dengan Permainan
§ Hitung 20
Semua
pesertadalam lingkaran. Cobalah menghitung 1 sampai 20. siapa saja
boleh memulai dengan menyebut angka ‘1’, kemudian yang lain meneruskan
secara acak (siapa saja boleh melanjutkan) menyebutkan ‘2’ dan begitu
seterusnya. Jika ada dua peserta menyebutkan angka berbarengan maka
permainan dimulai dari awal lagi.
CATATAN: sebuah permainan yang baik untuk konsentrasi serta mengontrol emosi
§ 1 bebek, 2 kaki, kwek,.....
Peserta duduk melingkar. Salah seorang peserta memulai dengan mengucapkan satu
bebek dua kaki wek, peserta berikutnya mengucapkan dua bebek empat kaki
kwek, peserta selanjutnya mengucapkan tiga bebek enam kaki kwek kwek
kwek, demikian seterusnya sampai semua peserta medapatkan
gilirannya. Jika terjadi kesalahan maka permainan dimulai dari awal.
Permainan juga bisa dilakukan dengan instruktur yang menunjuk siapa
peserta berikutnya yang mendapat giliran.
CATATAN:
Untuk membuat variasi dan meningkatkan konsentrasi jenis binatang bisa
diganti dengan yang memiliki 4, 6, atau delapan kaki dengan aturan yang
sama.
§ Hitung Bilangan Prima
Latihan ini dilakukan secara kelompok besar. Langkah pertama menjelaskan aturan main yaitu semua peserta berhitung mulai dari satu sampai tak terbatas. Setiap peserta
yang berhitung dan mendapat giliran pada bilang prima, peserta tersebut
tidak menyebutkan angka tetapi langsung teriak “PRIMA” terus
dilanjutkan berhitung lagi. Misalnya 1, 2, prima, 4, prima, 6, prima dan
seterusnya.
Latihan
akan diulang mulai dari satu lagi, apabila ada peserta yang lupa
menyebutkan bilang prima itu dengan angka tersebut bukan dengan teriak
prima.
CATATAN: Latihan
ini bisa dimulai dari siapa saja dan tidak harus yang mulai menyebutkan
angka satu pada orang yang sama. Latihan ini dilakukan secara berurutan
baik searah jarum jam maupun kebalikannya.
§ Boom
Latihan
ini juga dilakukan secara kelompok besar. Aturan permainannya ialah
setiap peserta yang mendapat giliran angka 3 dan kelipatan tiga harus
berteriak BOOM. Latihan dimulai dari berhitung mulai dari 1 sampai tak
terbatas. Misalnya 1, 2, boom, 4, 5, boom, 7, 8, boom, 10, 11, boom,
boom dan seterus. Latihan akan diulang mulai dari satu lagi apabila ada
peserta yang lupa.
CATATAN:
Latihlah sampai angka tertinggi yang bisa dicapai dalam latihan
tersebut. Semakin tinggi angka yang dicapai maka tingkat konsentrasi
dari peserta latihan tersebut semakin baik.
b. Imajinasi
Imajinasi adalah proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, dimana
gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya
sedikit yang dialaminya. Imajinasi merupakan proses percobaan pemisahan
pikiran dan digunakan untuk menciptakan teori-teori dan ide-ide
berdasarkan fungsinya. Ide-ide ini dapat membawa kita ke
dalam dunia maya dan selanjutnya jika ide tersebut memungkinkann dan
fungsinya nyata maka ide tersebut dapat diwujudkan ke dalam kenyataan.
Belajar imajinasi ini menggunakan fungsi ” jika ” atau dalam istilah metode pemeranan Stanislavski menggunakan Magic-If. Latihan imajinasi
sebelum memasuki peran yang akan dimainkan sangat perlu buat pemeran
karena berfungsi untuk mengidentifikasi peran yang akan dimainkan.
Selain itu seorang pemeran juga harus berimajinasi tentang pengalaman
hidup peran yang akan dimainkan, kemudian menyesuaikan dengan pengalaman
hidupnya sendiri.
Dalam latihan imajinasi akan ditemui imajinasi yang tidak hidup, dan imajinasi yang lambat. Untuk
mengatasi imajinasi yang tidak hidup, pembimbing harus mengarahkan dan
menghidupkan imajinasi peserta didik dengan jalan memberikan pertanyaan
yang bersahaja. Peserta didik harus memberikan jawaban dengan proses
berfikir, kalau jawaban tersebut tanpa proses berfikir maka proses ini
tidak akan dapat mengembangkan imajinasinya. Untuk dapat mengembangkan
imajinasi maka peserta didik harus mendekati pokok pembicaraan dengan
fikirannya dan dengan jalan berfikir logis.
Latihan
imajinasi selalu dipersiapkan dan diarahkan dengan cara sadar dan
mempergunakan logika. Lalu peserta didik akan melihat sesuatu dalam
ingatannya atau dalam imajinasinya. Untuk sesaat dia akan hidup di alam
mimpi, kemudian pertanyaan-pertanyaan dilontarkan untuk membimbing
imajinasinya. Jika ini berhasil, maka dapat diulangi untuk beberapa
kali, dan makin sering peserta didik dapat mengingat maka makin dalam
akar dalam ingatanyan dan makin dalam dia menghayati imajinasi tersebut.
Untuk
menghadapi imajinasi yang lambat dari peserta didik, pembimbing tidak
hanya memberikan pertanyaan tetapi juga menyarankan sebuah jawaban. Jika
peserta didik dapat mempergunakan jawaban tersebut, maka dia dapat
memulai dari sana. Tetapi jika peserta didik tidak dapat mempergunakan
jawaban tersebut maka ia akan merubah dan menggantinya dengan sesuatu
yang lain sampai tercipta sebuah ilusi.
Hal-hal yang perlu diketahui ketika belajar imajinasi;
§ Imajinasi
menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi, sedangkan
fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, dan tidak pernah ada, dan tidak
akan pernah ada. Imajinasi ada tiga jenis yaitu imajinasi yang memiliki
inisiatif yaitu imajinasi yang dapat ditumbuhkan dengan mudah, dan akan
berfungsi terus menerus tanpa mengenal lelah, baik kita sedang bangun
maupun kita sedang tidur. Imajinasi yang tidak memiliki inisiatif yaitu
imajinasi yang mudah dibangkitkan dan bisa berfungsi terus menerus,
begitu kita menyarankan sesuatu kepadanya (imajinasi ini bekerja atas
dasar paksaan), dan imajinasi yang menyulitkan adalah imajiinasi yang
tidak peka pada saran-saran.
§ Imajinasi tidak bisa dipaksa tetapi harus dibujuk untuk bisa digunakan. Imajinasi tidak akan muncul kalau kita merenung tanpa suatu objek yang menarik. Objek ini berfungsi untuk menstimulasi atau merangsang kita untuk berfikir, baik hal yang logis maupun yang tidak logis. Dengan kita berfikir maka akan terjadi proses imajinasi.
§ Imajinasi
tidak akan muncul dengan pikiran yang pasif, tetapi harus dengan
pikiran yang aktif. Melatih imajinasi sama dengan memperkerjakan
pikiran-pikiran kita untuk terus berfikir. Pikiran ini bisa disuruh untuk mempertanyakan segala sesuatu. Dengan stimulus pertanyaan-pertanyaan atau menggunakan stimulus ”seandainya” maka akan menimbulkan atau memunculkan jawaban.
§ Belajar imajinasi harus menggunakan plot yang logis, dan jangan menggambarkan suatu objek dengan lebih kurang, umum, kira-kira.
§ Untuk membangkitkan imajinasi peran gunakan pertanyaan; siapa, dimana, dan apa. Misalanya
siapakah Hamlet itu, maka pikiran kita dipaksa untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Jawaban dari pertanyaan itu bisa dengan hal-hal
yang nyata yang dapat dikumpulkan dari beberapa sumber, bisa juga dengan
jawaban yang bersifat imajinatif.
Latihan-latihan imajinasi:
1. Latihan Imajinasi Dengan Asosiasi
- Malapropism adalah
merupakan tahap awal dari latihan asosiasi, guna memancing ide atau
imajinasi peserta berdasarkan benda yang dilihat. Latihan dimulai dari
berjalan pelan keliling ruangan, tunjuklah sembarang benda yang ada di
ruang itu dan sebutlah dengan nama yang berlainan. Misalnya pembimbing
menunjuk sebuah poster dan menyebutnya dengan “kertas”.
CATATAN:
latihan ini sangat bermanfaat bagi peserta yang sama sekali tidak bisa
berimajinasi atau berasosiasi. Pada tahap pertama peserta boleh dengan
bebas mengganti nama benda yang ditunjuk tetapi pada akhirnya peserta
akan dengan sendirinya menemukan asosiasi dari benda tersebut, karena
sangat sulit pikiran manusia untuk lepas dari asoiasi.
2. Latihan Imajinasi Dengan Stimulus
- Latihan
ini menggunakan benda untuk stimulus imajinasi. Masing-masing peserta
memegang sebuah sebuah benda, dan benda tersebut diimajinasikan sebagai
apa saja. Dalam latihan gunakan stimulus seandainya. Misalnya
anda memegang sebuah bola, maka imajinasikan ”seandainya” bola tersebut
ingin memakan anda, atau bola tersebut mengajak anda untuk berdansa dan
sebagainya.
- Ajaklah
teman anda dalam latihan imajinasi ini, seandainya teman anda itu
adalah sebuah tanah liat, atau sebatang kayu, buatlah sebuah patung dari
teman anda tersebut. Lakukanlah secara bergantian.
3. Latihan Imajinasi Tanpa Stimulus
- Jembatan Tali
Latihan
akan berhasil jika kita betul-betul menghayati dan seolah-olah
merasakan serta dihadapkan pada kejadian yang menuntut kita seperti ini.
Latihan ini selain menuntut kita berimajinasi juga menuntut kepekaan
kita.
Bayangkan
seutas tali yang direntangkan tinggi di atas lantai, anda sedang
berdiri di atas panggung siap untuk mencoba melintasi tali itu. Anda
ingin melintasi tali itu namun belum merasakan kalau anda akan mampu
melakukannya. Jangan terbuur-buru, tunggu sampai anda mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hubungan tali tersebut dengan anda yang
berdiri di atas panggung. Jika anda sudah siap, mulailah perjalanan
tersebut. Anda mungkin menemukan kesulitan, tetapi jangan berhenti. Anda
harus tetap mencoba, mencoba dengan berbagai cara. Jangan tergesa dan
tetaplah berkonsentrasi pada perasaan yang dirasakan. Ketika anda sudah
siap biarkan perasaan membuat anda bergerak. Kalau dalam bayangan anda
merasa kesulitan, ekspresikan kesulitan tersebut.
Catatan. Jika pengalaman ini dicoba dengan hati-hati, sehingga tidak menjadi sebuah kegiatan yang mekanik, kebanyakan orang akan bisa merasakan keterlibatan yang mendalam.
4. Latihan Imajinasi Dengan Permainan
- Voly Nama
Permainan
voly dengan nama sebagai bola. Pemain di bagi dalam grup, masing-masing
grup terdiri dari 3 atau 6 orang. Dua grup kemudian dipertandingkan.
Permaian voly ini dilakukan dengan pantomim dan bolanya adalah nama
(aturan seperti permainan voly sungguhan). Grup pertama melakukan
service dengan menyebut salah satu nama dari grup lawan, nama yang
dsebut kemudian mengoper bola dengan menyebut nama rekannya, nama rekan
yang disebut kemudian melakukan smash dengan menyebut salah satu nama
lawan, nama lawan yang disebut menerima bola dan mengoperkan dengan
menyebut nama kawannya, demikian seterusnya. Permainan ini akan menarik
jika temponya dipercepat.
c. Ingatan Emosi
Emosi secara umum memiliki arti proses fisik dan psikis yang kompleks yang
bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan atau diluar kesadaran.
Kemunculan emosi ini akan menimbulkan respon pada kejiwaan, baik respon
positif maupun respon negatif serta mempengaruhi ekspresi kita. Emosi
sering dikaitkan dengan perasaan, persepsi atau kepercayaan terhadap
objek-objek baik itu kenyataan maupun hasil imajinasi.
Ingatan
emosi adalah salah satu perangkat pemeran untuk bisa mengungkapkan atau
melakukan hal-hal yang berada diluar dirinya (Suyatna Anirun, 1989).
Sumber dari ingatan emosi adalah kajian pada ingatan diri sendiri, dan
kajian sumber motivasi atau lingkungan motivasi yang bisa kita amati.
Ingatan emosi berfungsi untuk mengisi emosi peran yang kita mainkan.
Seorang pemeran harus mengingat-ingat segala emosi yang terekam dalam
sejarah hidupnya, baik itu merupakan pengalaman pribadi
maupun pengalaman orang lain yang kita rekam. Dengan ingatan emosi ini
kita akan mudah memanggil kembali jika kita perlukan ketika sedang memainkan peran tertentu.
Menurut
Konstantin Stanislavski ingatan emosi adalah ingatan yang membuat kita
menghayati kembali perasaan yang pernah dirasakan ketika melihat suatu
objek yang sama ketika menimbulkan perasaan tersebut. Ingatan ini hampir
sama dengan ingatan visual, yang dapat menggambarkan kembali secara
batiniah sesuatu yang sudah dilupakan, tempat atau orang, begitu juga
ingatan emosi dapat mengembalikan perasaan yang pernah kita rasakan.
Mula-mula rasa itu mungkin tidak bisa diingat, tapi tiba-tiba sebuah
kesan, sebuah fikiran, sebuah benda yang kita kenal mengembalikannya
dengan kekuatan penuh. Kadang-kadang emosi itu sama kuatnya dengan dulu,
kadang-kadang agak kurang kadang-kadang perasaan yang sama dalamnya
kembali tetapi dalam bentuk yang agak berbeda (Stanislavski; 1980).
Ingatan
emosi kita sangat dipengaruhi oleh waktu, karena waktu adalah penyaring
yang bagus untuk perasaan dan kenangan. Waktu juga merubah
ingata-ingatan yang realistik menjadi kesan. Misalnya: kita melihat
kejadian yang sangat luar biasa, maka kita akan menyimpan ingatan
kejadian tersebut tetapi hanya ciri-ciri yang menonjol dan yang
meninggalkan kesan, bukan detai-detailnya. Dari kesan tersebut akan
dibentuk suatu ingatan tentang sensasi yang mendalam. Sensasi-sensasi
yang kita simpan tersebut akan saling mengait dan saling mempengaruhi
dan dijadikan sintesis ingatan. Sintesis ingatan inilah yang bisa kita
panggil kembali untuk keperluan pemeranan, karena bersifat subtansial
dan lebih jelas dari kejadian yang sebenarnya.
Ingatan
emosi dalam jiwa pemeran dapat dianalog dengan sebuah almari atau loker
tempat penyimpanan. Makin banyak atau makin tajam ingatan emosi yang
kita miliki maka makin kaya kita akan bahan untuk berkreatifitas. Jika
ingatan emosi kita lemah atau sedikit maka perasaan-perasaan yang
dihasilkan tidak akan nyata dan tidak berkarakter. Jika ingatan emosi
kita tajam dan mudah untuk diungkapkan maka kita tidak
akan kesulitan memindah-mindahkan ke panggung dan memainkannya. Kalau
simpanan ingatan emosi kita penuh maka untuk memainkan sebuah peran kita
tidak membutuhkan teknik yang macam-macam karena alam bawah sadar kita
akan mewujudkannya.
Emosi
adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan
sekarang dari organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar.
Emosi timbul secara otomatis dan terikat dengan aksi yang dihasilkan
dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Pemeran tidak
menciptakan emosi karena emosi akan muncul dengan sendirinya lantaran
keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah. Latihan
Ingatan emosi ini akan difokuskan pada latihan terhadap rasa takut, marah, bahagia, sedih, malu, dan keinginan-keinginan kita serta latihan achtungspiele (menceritakan nukilan-nukilan peristiwa atau kegiatan yang telah lampau).
Latihan-Latihan Ingatan Emosi
§ Latihan Dengan Rasa
- Duduk
atau berdiri dengan santai, kemudian ingat emosi kesedihan yang
mendalam yang pernah dialami. Latihan ini tidak mengambarkan kesedihan
tetapi mengingat-ingat kesedihan yang pernah dialami.
- Lakukan latihan ini dengan beragam emosi yang ada, misalnya marah, gembira, malu, takut, bahagia dan lain-lain.
§ Latihan Dengan Achtungspiele
- Peserta
duduk melingkar kemudian salah seorang duduk di tengah untuk
mempresentasikan atau menceritakan kejadian yang dialami satu hari
sebelumnya. Ceritakan semua kegiatan sampai detail, semakin detail
cerita tersebut semakin baik.
- Lakukan
latihan ini secara bergantian kemudian tingkatkan waktu yangharus
diingat, misalnya dua hari sebelumnya, tiga hari sebelum. Semakin detail
dan runtut cerita tersebut semakin baik. Latihan lebih baik kalau
ditambah dengan ekspresi dan penghayatan yang dirasakan.
§ Latihan Dengan Game
- Lintasan Emosi
Buat dua kelompok dan masing-masing kelompok saling berseberangan. Pembimbing menentukan emosi, misalnya ’sedih’ maka kelompok A mengungkapkan
emosi sedih dan melintas menuju tempat kelompok B, sedangkan kelompok B
melintas menuju tempat kelompok A dengan emosi sebaliknya. Lakukan latihan dengan emosi-emosi yang lain.
Lakukan latihan dengan penghayatan dan ekspresif serta jangan terburu-buru.
- Tergesa-Gesa Dan Berhenti
Duduk
atau berdiri, bayangkan anda merasakan perasaan tergesa-gesa untuk
menyelamatkan diri. Ekspresikan perasaan tersebut dan jangan ditahan.
Ekspresikan perasaan ketakutan dan keinginan untuk menyelamatkan diri
tersebut. Biarkan tangan dan kaki bergerak, kadang tergesa-gesa kemudian berhenti, atau bergerak dengan hati-hati.
DAFTAR BACAAN
Amy Bjork Harris dan Thomas A. Harris, M.D. 1986. Tetap Oke. Jakarta: Erlangga.
Cassady, Marsh, 1995. Characters In Action. Colorado: Meriwether Publishing LTD.
Eka D. Sitorus, 2002. The Art of Acting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Leslie Rae, 2005. Using People Skills in Training and Development Alih Bahasa Andreas Haryono. Jakarta: PT Gramedia.
Loui Pronto, 1991. Siapa Mengendalikan Anda. Jakarta; Dwi Citra Utama Publishing House.
Konstantin Stanislavski, 1980. Persiapan Seorang Aktor, terjm. Asrul Sani. Jakarta:Pustaka Jaya.
Rikrik El Saptaria, 2006. Acting Hand Book. Bandung: Rekayasa Sains.
No comments:
Post a Comment